Senin, 02 November 2015

AL-AMIDI. SIAPAKAH DIA?


         Saat sedang membahas tunanetra, maka secara tidak langsung yang muncul dalam pikiran kita adalah kegelapan, tidak bisa melihat atau huruf braiile. Huruf braille adalah huruf yang digunakan sebagai media baca bagi para penyandang tuna netra. Ketika ditanya tentang siapa penemu huruf braille, maka hampir semua mengatakan bahwa penemunya adalah Louis Braille (1809-1852).  Braille adalah seorang ilmuwan berkebangsaan Prancis. Jauh sebelum Braille menemukan huruf Braille, dunia Islam telah mengenalnya sejak abad ke 13 M, dengan tokohnya Al-Amidi. Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu Ahmed Ibnu Yusuf Ibnu Al-Khizr Al-Amidi. Beliau sejak dilahirkan ke dunia, sudah dalam keadaan buta. Namun, meski terlahir dalam kondisi yang kurang sempurna, tak menyurutkan semangatnya dalam menggali ilmu. Ilmuwan asal suriah itu, terkenal sebagai pakar hukum dan ahli bahasa asing.
          Dengan sistem penulisan yang dibuatnya, ilmuwan yang wafat pada 1314 itu mampu membaca dan menulis buku. Beliau juga memiliki kemampuan meraba yang sangat luar biasa. Beliau tak hanya mampu menempatkan dan menyimpan buku pada rak, tetapi beliau juga mampu menentukan nomor halaman sebuah buku, dan mampu mengetahui nilai buku dengan menetapkan jarak baris buku.    
          Sayangnya, jasa dan dedikasi Al-Amidi dalam menciptakan sistem penulisa untuk kaum difabel itu seperti hilang ditelan zaman. Sejarah juga seakan melupakan kontribusi tak ternilai yang telah diberikan ilmuwan muslim itu. Tak hanya karyanya yang terkubur zaman, sosok Al-Amidi juga nyaris tak pernah disebut-sebut dalam sejarah peradaban Islam. Sungguh ironis memang. Bahkan dalam hampir buku sejarah, jejaknya pun sangat sulit untuk ditemukan. Tak heran jika dunia hanya mengenal Braille sebagai penemu huruf Braille. Huruf Braille mulai populer setelah dua tahun meninggalnya Braille. Sejak saat itulah, para penyandang tunanetra di Prancis, mulai menggunakan huruf Braille untuk membaca dan menulis. Huruf Braille terdiri atas 63 karakter. Setiap karakter atau sel terdiri atas enam titik. Dua titik mendatar dan tiga titik menurun.
          Kini, huruf Braille telah diperkaya dan dapat digunakan untuk membaca nota musik dan matematika. Bahkan, Al-qur'an Braille pun sudah tersedia sejak lama. Fungsi huruf Braille kian bertambah setelah terjadi sistem penulisa ditambah dua titik lagi. Sehingga, setiap selnya terdiri atas delapan titik.
        Dengan penambahan titik itu, penyandang tunanetra bisa membedakan huruf kapital dengan huruf kecil. Kombinasi dengan delapan titik yang terdapat dalam setiap karakter huruf Braille itu, kini telah disusun dalam standar Unicode. Huruf Braille untuk bahas Indonesia hampir sama dengan kode huruf Braille Inggris.

       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar